Oleh: Djoko Hargono, Pemerhati obat alam, di Jakarta
Meski mirip-mirip gelar pangeran atau raja Jawa, ia bukan keturunan darah biru. Tapi nama jenis tanaman yang disanjung-sanjung sebagian kaum Adam lantaran janji-janjinya yang bisa membangkitkan kejantanan. Betulkah?
Namanya terdengar bombastis. Padahal, sosoknya bukanlah tanaman raksasa nan kuat hingga mampu menembus perut Bumi. Nama yang terkesan melambangkan "kedigdayaan" itu rupanya berkaitan dengan daya linuwih (kemampuan lebih) yang dipunyainya, seperti diyakini banyak orang selama ini. Ia mampu membuat pria kokoh dalam urusan ranjang, tak ubahnya sepotong pasak raksasa yang sanggup menghunjam Bumi.
Tengok saja khasiatnya. Pasakbumi mampu meningkatkan gairah seksual, kadar testosteron, jumlah sel sperma dalam sperma, kecepatan gerak sel sperma, dan intensitas ereksi. Tak berhenti di situ. Ia juga tangguh melawan biang keroknya penyakit malaria.
Mirip yohimbin
- Pasakbumi yang di Malaysia dijuluki "tongkat Ali" ini sudah dikenal lama sebagai tumbuhan afrodisiak. Bagian yang ampuh memang akarnya. Di dalmnya terkandung puluhan senyawa bioaktif dengan berbagai variasi struktur kimia.
Penelitian farmakologis menggunakan tikus sebagai hewan percobaan membuktikan hal itu. Ekstrak etanolik (menggunakan pelarut etanol) akar pasakbumi membuat tikus jantan menjadi sangat aktif terhadap tikus betina.
Namun, sejauh ini senyawa bioaktifnya yang bikin tikus jantan mabuk kepayang belum diketahui. Diperkirakan, senyawa itu alkaloid, senyawa dengan struktur kimia menyerupai yohimbin dalam tumbuhan Pausinytalia yohimbe (K. Schum.) Pierre. Diduga pula, mekanisme kerja afrodisiak akar pasakbumi mirip dengan P yohimbe.
Rupanya, hal itu mengandung kontroversi karena yohimbin dinyatakan tidak terbukti memiliki aktivitas sebagai afrodisiak. Karena itu, pasti ada senyawa lain yang mungkin memiliki aktivitas sebagai afrodisiak. Akhirnya diketahui, senyawa itu ternyata adalah kuasinoid.
Tanpa mempersoalkan senyawa bioaktifnya, kenyataan menunjukkan bahwa ekstrak etanolik atau pun ekstrak akuatik (menggunakan pelarut air) akar pasakbumi saja sudah menunjukkan sifat afrodisiak. Dari percobaan diketahui, tikus jantan yang diberi ekstrak akuatik dan etanolik akar pasakbumi menjadi lebih aktif terhadap tikus betina ketimbang tikus jantan yang tidak mendapat ekstrak yang sama.
Bahkan saking aktifnya, tikus jantan sampai menabrak dinding pemisah kandang agar bisa masuk ke kandang betina. Sebaliknya, tikus jantan yang tidak dikasih ekstrak akar pasakbumi tenang-tenang saja tingkah lakunya. Ini diperkuat oleh penelitian H.H. Ang dan MIK. Sim bahwa ekstrak akar pasakbumi benar-benar membangkitkan nafsu seksual tikus jantan sampai berkali-kali menunggangi tikus betina, mengalami ejakulasi, dan sebagainya. Penelitian yang sama bahkan menunjukkan, ekstrak akar pasakbumi meningkatkan indeks ereksi penis tikus jantan.
Menurut Prof Dr Johari Mohd. Saad, dari Universiti Malaya, jumlah sperma tikus jantan itu juga meningkat dan gerakannya lebih cepat dibandingkan dengan yang tidak diberi ekstrak akar pasakbumi. Malah, jika tidak ada tikus betina dalam kandang, tikus jantan yang diberi
ekstrak akar pasakbumi akan melakukan tindakan homoseksual terhadap tikus jantan lain. Namun, bila tikus betina disuntik dengan ekstrak pasakbumi, ia justru ogah melakukan hubungan suami-istri.
Khasiat lainnya, pasakbumi juga meningkatkan kadar testosteron. Hasil kajian secara in vitro oleh Prof. Dr. Johari Mohd. Saad menggunakan homogenat testes penderita kanker prostat memperlihatkan, pemberian ekstrak akar pasakbumi meningkatkan kadar testosteron darah. Hormon ini berfungsi mengembangkan dan memelihara ciri-ciri kelamin sekunder pada pria serta membantu sel-sel pembentuk spermatozoa dalam melakukan tugasnya.
Selain itu, testosteron juga memiliki kerja anabolik, yakni meningkatkan pembentukan zat putih telur, terutama protein otot, sehingga tubuh menjadi kekar. Testoteron dapat pula menekan pembentukan gonadotropin oleh hipofisa. Namun, perlu diketahui, zat-zat androgen tidak boleh diberikan pada penderita kerusakan hati atau kanker prostat. Karena itu, seyogyanya pasakbumi tidak dikonsumsi oleh penderita kanker prostat atau gangguan fungsi hati.
Di luar urusan ranjang, pasakbumi ternyata ampuh untuk melumpuhkan Plasmodium falciparum strain Thailand yang sudah kebal terhadap banyak obat antimalaria. Dari penelitian diketahui, pasakbumi juga memiliki aktivitas antimalaria. Aktivitas tertinggi ditunjukkan baik oleh ekstrak kloroformik (dengan pelarut kloroform) maupun ekstrak I-butanolik (dengan pelarut I-butanol) akar pasakbumi.
Senyawa bioaktif yang berkhasiat terhadap malaria itu ialah senyawa erikomanon yang lebih aktif ketimbang obat malaria klorokuin. Senyawa eurikomalakton dan eurikomanol yang terkandung di akar pasakbumi juga memiliki aktivitas antimalaria meskipun hanya sebesar 60 - 70% klorokuin.
Tata nama kacau
- Meski saat ini sudah kondang, rupanya tanaman ini sempat tidak terdokumentasikan di Herbarium Bogoriense. Akibatnya, sulit menemukan nama daerah untuk pasakbumi.
Nama pasakbumi itu sendiri mungkin nama rekaan atau ciptaan baru yang bertendensi komersial. Sebab, munculnya nama pasakbumi bersamaan waktunya dengan diketahuinya penggunaan tumbuhan itu sebagai obat kuat oleh masyarakat di pedalaman Kalimantan. Lagi pula, ada informasi yang mencoba menghubungkan bentuk akar tumbuhan itu dengan ajaran signatura (the doctrine of signature, kesimpulan berdasarkan tanda-tanda pada tumbuhan).
Lepas dari itu, nama pasakbumi masuk akal. Faktanya, akar tunggang tumbuhan ini kokoh dan tegak lurus menusuk ke dalam tanah seolah-olah menuju ke pusat Bumi. Orang pun menganggapnya bagaikan pasak Bumi. Pasakbumi akhirnya dianggap nama paling tepat untuk tanaman ini.
Dulu, pemerintah dan pihak swasta pernah meminta kepada pihak Herbarium Bogoriense -Lembaga Biologi Nasional untuk memberi kepastian tentang identitas pasakbumi. Namun, contoh tumbuhan yang mula-mula dikirimkan ke instansi itu ternyata berasal dari jenis tumbuhan lain. Maka terjadilah kekacauan tata nama di berbagai media cetak. Ketika contoh tanaman itu kembali dikirim, sayang sekali yang dikirim bukan tanaman utuh. Ada yang mengirimkan akarnya saja, ada yang akar dan daunnya. Untungnya, bagian-bagian itu berasal dari satu jenis tumbuhan.
Dari hasil determinasi contoh yang salah dan berbeda-beda itu, nama ilmiah yang pernah diberikan kepada masyarakat pun lantas berbeda-beda. Setelab ada contoh lumayan lengkap yang dikirimkan oleh seorang asisten apoteker dari Banjarmasin, barulah determinasi mengarah kepada Eurycoma longifolia Jack.
Baru sekitar Februari - Maret 1973, identitas pasakbumi dapat dipastikan, yakni Eurycoma longifolia Jack dari suku Simarubaceae.
Apalah arti sebuah nama, kata seorang pujangga. Yang penting, pasakbumi tidak mengumbar janji. (Intisari)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar